Penelitian yang dilakukan belum lama ini menunjukkan bahwa yoga bisa bermanfaat lebih dari menenangkan pikiran, yoga bisa membantu melawan penyakit. Berikut beritanya seperti yang dimuat di antaranews.com
Dalam penelitian, perempuan yang mempraktekkan yoga secara rutin setidaknya selama dua tahun memiliki tingkat peradangan dalam tubuh mereka lebih rendah daripada perempuan yang belum lama beryoga.
"Penelitian ini yang pertama, saya kira, untuk benar-benar menunjukkan bagaimana yoga bisa memiliki manfaat fisik berbeda dalam istilah sistem kekebalan. Itu menunjukkan praktek yoga secara rutin benar-benar bagus untuk anda," kata Janice Kiecolt-Glaser, peneliti dari Ohio State University kepada LiveScience.
Peradangan adalah reaksi kekebalan dan bisa berguna saat tubuh anda mengalami infeksi, tetapi peradangan kronis tingkat tinggi berperan besar dalam kondisi tertentu, termasuk asma, penyakit jantung dan depresi.
Kiecolt-Glaser dan rekan-rekannya merekrut 50 perempuan berusia antara 30 dan 65 tahun yang memiliki tingkat pengalaman yoga berbeda. Mereka yang disebut "ahli yoga" berpraktek yoga sekali atau dua kali seminggu selama setidaknya dua tahun.
"Pemula yoga" melakukan yoga hanya enam kali atau 12 kali. Para peneliti memilih pemula yang setidaknya memiliki pengalaman sehingga mereka tidak akan stres karena harus mempraktekkan yoga untuk pertama kalinya.
Kedua kelompok memiliki kemiripan dalam segi usia, tingkat kesehatan fisik dan jumlah lemak tubuh. Ini penting karena ketiga faktor ini mempengaruhi peradangan.
Para peserta menyelesaikan tiga tugas berturut-turut. Dalam tugas pertama, peserta mencelupkan kaki dalam air hangat dan kemudian air es selama satu menit.
Dalam tugas lain, mereka harus mengerjakan mental aritmetika yang rumit selama lima menit.Kemudian mereka menyelesaikan sesi yoga atau ambil bagian dalam dua percobaan, yang melibatkan berjkalan di "treadmill", atau menonton video.
Peradangan didorong oleh keadaan stres. Tetapi, saat ahli yoga tampak stres (seperti mencelupkan kaki mereka dalam air es), mereka mengalami sedikit peningkatan dalam reaksi peradangan mereka daripada pemula yoga.
Peserta menggunakan kateter yang diletakkan di lengan mereka untuk mengumpulkan contoh darah secara berkala.
Para peneliti memerikasa contoh darah sebagai kunci untuk menandai peradangan, salah satunya adalah protein yang disebut IL-6. Selama tuga dan percobaan, tingkat IL-6 para pemula 41 persen lebih tinggi dari ahli. Para pemula juga menghasilkan lebih banyak IL-6 dalam menanggapi tugas.
Para peneliti belum tahu pasti mengapa yoga memiliki pengaruh dalam peradangan, mereka memiliki beberapa spekulasi. Kiecolt-Glaser mengatakan yoga fokus pada mengambil napas dalam-dalam dan mengontrol pernapasan, yang mungkin memperlambat reaksi tubuh "melawan atau mengalirkan", reaksi tubuh terhadap stres.
Yoga juga melibatkan meditasi, yang membantu orang mempelajari perasaan mereka. Jadi ahli yoga bisa lebih sadar akan stres mereka dan mampu mengontrol reaksi mereka terhadap stres dengan lebih baik. Yoga adalah bagian dari latihan, yang dikenal mengurangi peradangan.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal "Psychosomatic Medicine" bulan Januari itu, Kiecolt-Glaser mengatakan uji klinis secara acak diperlukan untuk mengonfirmasi penemuan itu.
Seperti percobaan yang akan memberi tugas peserta secara acak baik untuk praktek yoga atau mengulanginya selama waktu yang ditentukan. Para peneliti kemudian akan melihat apakah kegiatan itu berpengaruh pada peradangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar