Citra buruk ganja sebagai tamanan yang sering disalahgunakan akan segera berubah dalam waktu dekat. Para ilmuwan Inggris telah membuktikan bahwa tanaman ini bisa mengobati epilepsi dan kini sedang menyiapkan uji klinis pada manusia.
Dr Ben Whalley, peneliti obat-obatan dari University of Reading baru-baru ini membuktikan beberapa senyawa dalam tanaman ganja efektif meredakan lecutan-lecutan elektrik yang terjadi di otak. Lecutan-lecutan itu merupakan pemicu kejang pada penderita epilepsi.
Senyawa yang dimaksud di antaramnya adalah cannabidiol, salah satu kandungan ganja yang membuat pemakainya bisa mabuk. Dalam mengobati epilepsi, cannabidiol dibantu oleh senyawa lain dalam tanaman ganja yang namanya masih cukup asing yakni GWP42006.
Uji praklinis pada binatang telah menunjukkan, kedua senyawa sangat efektif dan aman untuk meredakan lecutan-lecutan listrik pemicu kejang. Untuk mengetahui dosis terapi yang sesuai untuk manusia, dalam waktu dekat Dr Whalley dan timnya akan melakukan uji klinis.
Apabila berhasil, maka hasil penelitian ini akan sedikit mengubah citra ganja yang selama ini buruk. Dari yang semula identik dengan kriminal dan penyalahgunaan menjadi tanaman yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu farmasi dan kedokteran.
"Dahulu pada era 60-an dan 70-an ganja identik sekali dengan penyalahgunaan sehingga jarang dilihat potensinya bagi keperluan medis," ungkap Dr Whelley seperti dikutip dari Telegraph, Senin (11/4/2011).
Manfaat ganja dalam bidang medis sebenarnya sudah banyak diteliti dalam beberapa dekade terakhir. Sebagian di antaranya juga membuktikan bahwa tanaman tersebut berkhasiat sebagai obat, antara lain mengatasi nyeri pada penderita multiple schlerosis maupun kanker.
Penelitian terbaru yang dilakukan Dr Whalley dan timnya tersebut telah dipublikasikan baru-baru ini dalam jurnal Seizure.
detikHealth
Tidak ada komentar:
Posting Komentar