03 Juli 2010

90% Bawang Putih yg Beredar di Indonesia Berasal dari China

Bank Indonesia (BI) mencatat bawang putih merupakan komoditas yang mengalami peningkatan harga signifikan terutama dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan dari China. Hal itu disebabkan karena China merupakan pemasok utama bawang putih nasional.

"China merupakan pemasok 90 persen bawang putih nasional," ungkap Kabiro Hubungan Masyarakat BI Difi A Johansyah saat Pers Gathering di Pers Room BI Jakarta, Jumat (2/7/2010).

Kenaikan harga bawang putih ini dipengaruhi oleh tingginya permintaan di pasar domestik China. Selain itu, kenaikan itu juga disebabkan karena pemerintahnya mengurangi produksi akibat pengalihan lahan dari bawang putih ke gandum.

Oleh karena itu, tercatat kenaikan inflasi Juni sebesar 0,97 persen (month on month), inflasi year to date sebesar 2,42 persen dan year on year 5,05 persen. BPS menyebutkan inflasi ini dipengaruhi oleh bahan makanan dan tidak ada yang mengalami deflasi.

Inflasi paling besar didorong oleh cabai merah (45,7 persen), kelompok bahan makanan (3,2 persen), kelompok makanan jadi, minuman dan rokok (0,41 persen), kelompok air dan listrik (0,23 persen), kelompok sandang (0,93 persen), kelompok kesehatan (0,06 persen), kelompok pendidikan dan rekreasi (0,06 persen), dan kelompok transportasi (0,15 persen).

Petani Bawang Merah Semakin Terpuruk

Sejak dibukanya keran impor bawang pada 2002 lalu, petani bawang semakin terpuruk. Selain itu petani juga menghadapi kendala tidak tersedianya benih bermutu dan permodalan.

"Sebenarnya bawang lokal kualitasnya lebih bagus, dari sisi rasa dan aroma. Tapi biasanya konsumen lebih memilih bawang impor karena bentuknya lebih besar dan murah," ujar Kepala Bimbingan Massal Ketahanan Pangan Jateng Gayatri Indah Cahyani, saat memberi sambutan pada Temu Usaha Agribisnis Berbasis Bawang Merah di Soropadan Temanggung.

Menurut Gayatri, bawang merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Rata-rata keluarga di Indonesia mengkonsumsi 23,36 kg per tahun.

Selain itu dari 90 ribu hekatare (Ha) lahan tembakau rata-rata menghasilkan bawang senilai Rp2 triliun per tahun. "Sekitar 20 persen kebutuhan bawang nasional dipasok oleh Kabupaten Brebes," ujarnya.

Karena itulah peran pemerintah masih sangat diperlukan untuk mengatur sistem ekonomi dan perdagangan, namun harus dicari strategi agar tidak mendistorsi perkembangan usaha. "Anjloknya harga bawang merah sangat sensitif terhadap rakyat, khususnya petani bawang," ujarnya.

Pemerintah menurutnya akan melakukan pengaturan distribusi bawang secara efektif agar bawang impor tidak masuk ke daerah penghasil khususnya saat panen raya, sehingga tidak membuat harga anjlok. Selain itu akan dikembangkan pengelolaan pascapanen agrobisnis yang optimal.

Sementara itu, Dinas Pertanian, Kehutanan dan Konservasi Tanah (Dispertanhutkonvertan) Kabupaten Brebes mulai tahun ini akan memberikan kredit lunak bagi para petani bawang.

"Kami akan menyalurkan kredit sebesar Rp.1 M, tanpa bunga. Harapannya petani dapat menjual bawang dengan harga Break Event Point (BEP) sehingga harga bisa stabil," ujar Kasubdin Pertanian Sugiarto.

okezone

Tidak ada komentar: